Jumat, 04 Maret 2011

Kereta Kelas Ekonomi

arsipberita.com
Sekarang di dalam hidup saya sudah tercantum daftar menjadi penumpang kereta api, satu hari di setiap minggunya saya melakukan perjalanan dari stasiun pondok cina sampai stasiun bogor tiba demi meluruskan sebuah urusan. Pada tahap perjalanannya, inilah yang ingin saya ceritakan. Kondisi seperti ini yang sangat miris untuk diumbar sebenarnya, tetapi mau gimana lagi. Ini sudah bukan menjadi aib negeri ini. Sudah umum tampaknya. Selain terdapat ratusan penumpang yang terdampar, dalam keadaan duduk maupun berdiri. Entah memiliki atau tanpa karcis, enggak tau dia itu pekerja, pelajar, pedagang sampai pencopet tumpah ruah didalam gerbong yang mereka sebut kereta kelas ekonomi. Sebuah rangkaian yang bisa dikatakan lebih mempunyai kondisi yang parah dibandingkan dengan jenis kereta lainnya.

Baru saja saya menaikkan kaki kanan saya diatas lantai kereta ketika kendaraan tersebut berhenti tepat distasiun dimana saya memulai perjalanan, saya sudah disuguhi oleh pemandangan seseorang yang mengemis, meminta seupah rejeki kepada mereka yang nampaknya mempunyai keadaan lebih beruntung dari dirinya. Seusai saya menunggangi kendaraan ini, saya belum bisa begitu saja duduk rileks menikmati perjalanan. Disini saya diperintahkan untuk bersaing mendapatkan posisi yang enak dengan penumpang lainnya. Maklum sesak dan padat. Belum juga waktu berselang lima menit, menyusul kembali mereka, iya pengemis dengan sosok berbeda dan keluhan yang berbeda pula. Kali ini ia memperlihatkan kekurangan anggota tubuhnya untuk membuat orang sekita iba melihatnya, dengan begitu segenggam rupiah dapat ia raih.

Kadang mereka tidak lancar dalam meniti langkah didalam gerbong, berkeluh keringat dengan para pedagang yang kesana-sini mendorong barang dagangannya dan menjajakinya kepada para penumpang yang terlihat mengantuk, ada juga yang terlihat gelisah berharap sampai tujuan sesuai dengan waktu yang ia harapkan. Golongan, kalangan, sampai takaran intensitas dompet tidak pernah menjadi sesuatu yang dapat membatasi aktifitas didalam gerbong kereta kelas ekonomi ini terhenti. Tidak tau kondisi seperti ini akan bertahan sampai kapan. Belum habis para pengemis tadi menyusuri gerbong ini, sudah muncul kembali pengamen yang bisa dikatakan sudah mengikuti kemajuan tekhnologi, mereka mengalungkan radio tape yang mengeluarkan suara untuk mengiringi ia bernyanyi.

Keunikan yang mereka tampilkan terkadang memang menghasilkan senyuman dari para penumpang, tetapi itu belum tentu dibarengi oleh keluarnya rupiah dari kantong mereka. Saya sering menjumpai senyuman dengan tangan hampa sambil memeragakan suatu gerakan yang berarti “maaf”. Yaa bisa dibayangkan bila kita benar-benar dermawan, tidak terhitung juga berapa pengemis maupun pengamen yang melintas, berapa juga uang yang harus keluar. Yeh kalau dermawan mah gak perlu itung-itungan juga sih ya. Haa. Yah inilah rantai hidup yang terjadi didalam kereta kelas ekonomi. Keras dan penuh pengharapan.

Oleh : Bang Adam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar