Disini saya berada sejak saya masih berumur satu tahun, masih imut-imutnya, masih belum mengenal guratan garis kehidupan, masih dibilang polos seperti kertas HVS. Sebuah rumah yang tidak bisa dibilang megah maupun berkelas. Sebuah rumah yang enggak bisa ngalahin Gelora Bung Karno. Sebuah rumah yang enggak tetap kuat berdiri kalau tertimpah pesawat boing. Tapi didalam rumah ini saya mendapati banyak kisah. Didalamnya terdapat lima kepala, mereka adalah ibunda, saya dan ketiga adik saya yang masing-masing masih mejajaki bangku sekolahan. SMA, SMP, TK. Ayahanda tidak berada dirumah dikarenakan sedang mendapat tugas diluar kota, bahkan diluar pulau. Entah kapan beliau dapat berkumpul bersama kami lagi disini, hanya Allah dan atasannya yang tau.
Dirumah saya semua enggak ada yang pasti, seperti hal kerapihan ini sangat rentan untuk dikatakan kondusif. Fenomena ini seringkali terjadi, ketika dipagi buta setelah ibunda membangunkan kami dari tidur dengan media panci yang dipukul oleh sebuah kayu sehingga menghasilkan nada yang enggak karuan bunyinya, dah itu sangat efektif untuk membangunkan anak-anaknya, setelah itu disuruhlah kami untuk menghadap ke arah kiblat, melaksanankan sholat shubuh. Sebelum beliau berangkat ke kantor, selalu ia membersihkan rumah dari yang namanya berantakan. Terutama mainan adik saya yang paling bontot yang tidak pernah bisa ditebak dimana lokasinya berserakan. Tidak berselang lama dari waktu ibunda membereskan, kondisi tersebut akan terjadi kembali, walaupun sudah diberikan “tembakan” peringatan tapi tetap saja bocah yang sedang merintis karir di bangku taman kanak-kanak ini tidak menghiraukannya. Emang dasar anak kecil.
Karakter dua adik saya lainnya pun sangat bervariatif, ada yang sangat menjengkelkan, malas, ngeselin dan sebagainya. Tetapi terkadang hal-hal itu yang membuat rumah ini terlihat ramai. Akan terasa hambar apabila satu hari saja mereka tidak membuat kegaduhan. Dirumah saya terdapat lumayan banyak tanaman kepemilikan ibunda, yang yaa lumayan bisa dikatakan terurus. Ada juga kolam ikan yang berisi puluhan ikan yang akhir-akhir ini terselamatkan dari kata kematian. Ada juga hamster peliharaan adik dan ibunda yang setiap harinya selalu saja “menyampah” serbuk-serbuk kayu dari dalam kandangnya, dan itu menjadi tugas saya untuk kerap menyapu. Rumah saya juga terdapat beberapa titik kebocoran, apabila hujan sedang turun terjadilah atraksi manusia berlari-lari membawa ember dan memeras kain lap. Sebenarnya sudah beberapa kali saya memperbaikinya, tapi apa daya kenyataan pahit terus menghinggapi.
Walaupun tidak terdapat sebuah kolam renang dirumah saya, tapi saya masih punya bak mandi yang tidak besar tetapi dapat menghadirkan kesejukan layaknya berenang dalam sebuah kolam, dan bak mandi ini menjadi tanggungan saya selama weekend, enggak kebayang deh kalau punya kolam renang dan saya yang mendapat tugas menguras. Bentuk rumah saya juga tidak minimalis tetapi bisa dikatakan meminimalkan (hehe .. faktor tanah). Dan sayapun bangga dengan segala kekurangan yang rumah saya miliki ini, semua itu dapat terbayar dari tingkah polah manusia-manusia yang ada didalamnya. Saya bangga tidak memiliki rumah yang megah seperti didalam sinetron manapun, enggak kebayang jugakan kalau saya harus mengepel seisi rumah. Dan saya bangga dengan keadaan ini karena selalu membuat saya seperti diri saya sendiri.
(ada yang bilang tampilin gambar biar rame, kita coba saja dulu ya)
Oleh : Bang Adam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar