Hari ini merupakan kamis kedua pada bulan Januari, lebih tepatnya lagi tanggal tiga belas. Hari ini juga merupakan ujian akhir semester saya yang pertama. Terduduk sudah saya didalam kelas. Didepan saya terdapat Si Melati (sebut saja dia begitu), ke arah diagonal dari tempat duduk saya terduduk Si Raflesia (sebut juga dia begitu). Kertas soal sudah diberikan, mari kita kerjakan. Terbelalak mata saya ketika baru saja melihat soal-soal awal pada kertas tersebut. Tersuguh rapih puluhan soal hitungan yang sebenarnya saya mengerti untuk materi ini, tapi berhubung saya tidak belajar jelaslah sudah hampa ku rasa. Mencoba menoleh ke kanan dan kiri, ke depan, mustahil ke belakang, bunuh diri namanya karena para pengawas memposisikan dirinya dibelakang kelas. Dan TAAARRAAA !!! Terlihat jelas kertas soal milik Raflesia menggoda hasrat saya untuk melihat. Pada kertas soal milik Raflesia terdapat banyak coretan hitung-hitungan yang sudah tidak tertata rapih antriannya, disertakan juga coretan pada option jawaban, jelaslah itu jawaban miliknya. Enggak pake lama langsung saya ringkus jawaban tersebut walaupun hanya sedikit.
Setelah saya menyuruh tangan saya membulat-bulatkan jawaban yang baru saja saya dapatkan, tiba-tiba saya melihat kertas soal milik Melati. Didalam kertasnya terisi coretan hitung-hitungan juga serupa dengan apa yang saya lihat pada kertas milik Raflesia tapi tidak sebanyak coretan Raflesia. Pada kertas milik Melati juga tidak terpampang jawaban. Langsung saja terlintas pikiran, mungkin dia tidak mengerti betul tentang soal ini. Hmm kembali untuk mengoperasikan mata ke arah Raflesia sambil membuat sebuah suara mirip batuk yang saya tujukan sebagai sebuah sandi untuk mengundang perhatian Raflesia dan berharap dapat jawaban yang lebih banyak dari yang tadi. Dan apa yang hendak terjadi,entah Dewi Fortuna sedang berpihak kepada saya atau mungkin dulu Raflesia rutin mengikuti ekstrakurikuler pramuka sehingga mengerti berbagai macam sandi. Menolehlah Raflesia seperti apa yang saya inginkan, melihat saya dia langsung menyuguhkan jawaban, kali ini bukan melalui lembar soal melainkan langsung pada kertas jawaban. Indah sekali. Betapa bahagianya hati ini, puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengingat keadaan yang bagus ini bergegas saja saya salin dengan keadaan hati yang juga riang.
Enggak tau pengaruh apa tapi saya sangat yakin dengan jawaban yang Raflesia berikan, mungkin dia punya karisma seperti Ki Joko Bodo atau Mbah Maridjan saya enggak tau, yang penting kertas jawaban saya dapat terisi penuh. Setelah selesai saya menyalin, terlihat Raflesia membangunkan dirinya dari tempat duduk, mau keluar kelas rupanya, jelaslah sudah tidak ada yang dapat ia lakukan lagi karena kertas jawabannya juga sudah terisi penuh. Saya pun menyusul dia keluar kelas, tetapi sebelum itu terjadi tiba-tiba Melati menoleh ke arah saya, sepertinya dia menawarkan jawaban kepada saya. Saya pun menanggapinya dengan acuh tak acuh, lagi pula jawaban saya juga sudah terpenuhi. Akhirnya mengistirahatkan kembali pantat saya didepan kelas, tetapi perasaan ini kok tiba-tiba terasa tidak enak, belum lagi sebelum keluar saya sempat melihat sebuah soal yang intinya mempertanyakan sebuah rata-rata, akh itu mudah bagi saya. Saya pun mencoba untuk menghitung, tapi kok berbeda dengan jawaban dari Raflesia. Akh sudahlah tidak usah diotak-atik lagi, ini sudah rapih saya rasa.
Dan apa yang terjadi, apa yang menimpa diri saya saat ini. Annnnyiiiiaaaaangggg. Ternyata Raflesia menjawab soal-soal tersebut secara sembarangan atau bahasa kasarnya asal-asalan, hancur sudah mimpi-mimpi indah yang hendak saya rangkai, rapuh sudah harapan yang dahulu terlihat kokoh. Ini mimpi buruk namanya. Belum lagi setelah mendengar hitungan yang Melati peroleh itu benar, ternyata ia sangat mengerti dengan soal tersebut. Maafkan saya melati sudah meremehkan anda. Hah ternyata posisi dalam menerjang ujian itu sangat perlu dan diharuskan. Kita juga patut memperhatikan lingkungan sekitar untuk mengantisipasi hal seperti ini terjadi lagi. Haru biru yang kini saya rasakan, awan mendung juga datang sepertinya ia juga merasakan apa yang sedang saya rasakan. Apes.
(Sebelumnya saya sudah mengetik ini dua kali, tetapi karena hal gak jelas file yang saya buat tiba-tiba corrupt, benar-benar tiga belas)
Oleh : Bang Adam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar