Ini namanya jamblang |
Ini sebenarnya kisah sudah lama terjadi, saya juga agak lupa bagaimana urutan kisahnya, tapi saya coba untuk merangkainya. Ini cerita dimana saya belum terlampau lama lulus SMA, tetapi sudah menduduki bangku perkuliahan. Suatu waktu saya dengan teman-teman SMA saya sedang bermain dirumah mezmew (ia biasa dipanggil begitu), saat itu kami sedang gemar-gemarnya bermain kartu, hmm saya sebenarnya enggak tau nama permainan ini apa, mungkin poker, karena cara bermainnya hampir sama. Jadi setiap kali kalah dalam satu putaran permainan kami akan dikenakan hukuman. Enggak tau ide cemerlang atau bisa dikatakan ide yang bodoh ini muncul darimana, setiap pemain yang kalah dihukum untuk meminum air hujan yang kebetulan saat kejadian memang sedang terjadi hujan yang lumayan lebat.
Permainanpun dimulai, saya lupa pastinya berapa kali sudah mereka-mereka ini yang menang maupun yang kalah yang harus menegak air hujan yang sudah wadahkan didalam botol sebuah merk air mineral populer di Indonesia ini dengan terpaksa. Saya juga enggak luput dari kebodohan ini. Setelah beberapa lama waktu berselang permainan ini masih tetap dilakukan, seketika itu juga ibunda mezmew datang menghampiri sembari membawa sekeranjang buah seperti anggur, tetapi nama buah ini jamblang. Buah ini katanya sih khas betawi, tapi enggak tau juga deh diluar Jakarta dan sekitarnya ada apa enggak. Kamipun berhenti sejenak dalam permainan sambil mencicipi buah jamblang tersebut, ada yang terasa kecut, ada juga yang manis sekali. Tapi lebih banyak kecutnya sih.
Dan disaat itu juga muncul kembali ide “cemerlang” untuk me-mix air hujan dengan perasan buah jamblang untuk dijadikan hukuman selanjutnya. Akh pikir pendek saya bukannya malah jadi enak, kan juga jadi ada rasanya enggak payau kaya tadi. Okelah kamipun setuju untuk melanjutkannya. Sudah beberapa game berjalan saat itu juga ada beberapa dari kami sudah merasa enggak kuat karena sudah meminum air terlalu banyak. Sisalah saya dengan dua orang teman saya yang masih bertahan. Kami pun menyetujui kalau permainan yang ini adalah babak terakhir dan menambah ke-ekstiman dari hukuman menjadi lebih banyak volumenya. Seperti air hujan akan menjadi hampir satu liter dalam sekali teguk nantinya yang didalamnya juga sudah berisi perasan buah jamblang yang begitu juga jumlahnya ditambah sudah enggak karuan deh warnanya.
Permainanpun dimulai, adrenalin benar-benar terpacu. Sembari melihat mata lawan saya pun hendak berpikir tentang kartu apa yang mereka punya. Permainanpun telah sampailah pada saat yang berbahagia dan apa yang terjadi. Saya harus menerima kakalahan ini. Ohh No !!! Botol air itupun sudah saya genggam dan saya mulai menegaknya perlahan-lahan, tenggorokan saya terasa sepet sekali, perut juga terasa kembung yang belebih. Hah akhirnya tugas saya mentransformasikan air tersebut kedalam perut saya selesai. Hujan sudah reda, waktu juga sudah lumayan malam, kamipun berniat pulang. Sebelum kami melangsungkan perjalanan kerumah kami masing-masing, kami berniat mengantar salah satu teman kami yang perempuan kerumahnya, dia Inez.
Setelah berada diteras rumahnya, tiba-tiba kepala saya kok pusing, perut saya juga enek seperti ingin muntah. Muka sudah menampakkan wajah enggak enak badan. Akhirnya saya disuruh berbaring dulu oleh teman-teman saya, karena tidak mungkin mengendarai motor dalam keadaan kaya gini. Saya juga dibuatkan air teh pait hangat, katanya sih buat netralisir. Netralisir apa? Ada yang bilang kalau saya mabuk, ya mabuk ini disebabkan oleh buah jamblang yang tadi. Terjadilah sudah pagelaran tertawaan tentang diri saya yang dibuat tak berdaya oleh sekelompok buah. Gak lagi-lagi deh konsumsi doi kebanyakan.
Oleh : Bang Adam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar