Dalam satu minggu terdapat tujuh hari, ada hari senin, selasa, rabu, kamis, jum’at, sabtu kemudian minggu. Diantara hari-hari itu, dari hari senin sampai hari sabtulah hari yang dikenal sebagai waktu beraktifitas diluar rumah pada umumnya, tidak terlepas juga dengan anak sekolah. Enam hari waktu yang cukup banyak, mungkin juga terlalu banyak untuk berada dibangku sekolahan, karena memang itu sudah prosedurnya. Tidak heran apabila terdapat block merah pada satu tanggal di deretan hari-hari dalam satu minggu tersebut membuat mereka girang untuk berleha-leha melupakan sejenak hal-hal teoritis tentang pendidikan formal. Enam hari juga merupakan waktu yang cukup membuat otak mereka serasa seperti jalanan ibukota setiap paginya, yang peluh, yang sesak, yang berhimpitan, nyaris tidak ada ruang.
Selain membagi kemampuan otak untuk berfikir, mereka juga menggunakannya untuk mencari ide ataupun usul tentang kegiatan yang akan dilakukan dipenghujung minggu. Mulai dari menyisihkan uang jajan setiap harinya, mengatur rencana, memborong kepingan film atau apalah itu yang dapat membalas kedisiplinan yang mereka terapkan setiap harinya. Entah ini fenomena atau memang sudah menjadi tradisi sejak zaman dahulu dulu, dulu kala, lampau sekali. Ketika waktu sudah menginjak hari sabtu lebih tepatnya sabtu sore sampai jumpa hari minggu, sekumpulan remaja berhamburan keluar rumah entah itu sekedar main ke rumah teman mereka, pergi ke pusat perbelanjaan, sampai berkencan dengan kekasih mereka. Ini sudah sangat tidak langka terjadi.
Wajah senang, wajah tanpa beban, wajah yang elok untuk dipandang mereka suguhkan kepada setiap tepi jalan, menggambarkan betapa hausnya mereka untuk meminum udara segar tanpa adanya rumus dan sejarah bangsa yang tercetak pada ratusan halaman. Menggantikan buku-buku latihan dengan menu makanan yang terdapat ditempat makan bertipe muda, menggunakan rumus matematika untuk menghitung keuangan yang mereka miliki agar tidak tercecer segala hasrat untuk menikmati sesuatu. Tidak lagi dihadapkan papan putih besar yang digoreskan tinta oleh pahlawan tanpa tanda jasa melainkan dihadapkan dengan sebongkah layar besar yang menampilkan sejumlah film teranyar yang sedang digandrungi oleh kalangan belia ini.
Ketika waktu sudah menjajah malam, mulailah mereka memasang paras yang kecewa akan berakhirnya satu hari yang benar-benar menggoreskan kesan bahagia bagi mereka. Kembali mereka akan menghadapi kepenatan yang selalu terjadi setiap minggunya. Kembali mendengarkan perintah yang terlontar dari mulut sang ibu untuk selalu belajar. Kembali lagi mereka berjumpa dengan kumpulan rumus yang mereka anggap teramat membosankan dan membuahkan sakit pada kepala. Sampai bertemu lagi sabtuku yang teramat ku nanti, sampai bertemu kembali kisahku yang terbatas hari, sampai bertemu lagi kenangan ku yang selalu akan seperti ini.
Oleh : Bang Adam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar